Yang disebut flare pada lingkup fotografi adalah cahaya
”liar” yang ikut memengaruhi hasil foto kita, tampak di foto sebagai
berkas putih baik dalam bentuk garis maupun bidang. Flare muncul akibat cahaya kuat yang datangnya nyaris menghadap kamera.
Flare bisa dianggap gangguan sehingga ada banyak upaya
menanggulanginya, misalnya dengan pemasangan lens hood atau sejenis
kerudung di depan lensa. Namun, pada suatu keadaan tertentu, flare sama sekali tidak bisa dilawan manakala kita memakai lensa superlebar, misalnya 10 mm sampai dengan 20 mm.
Foto-foto di halaman ini semuanya mengandung flare yang justru menjadi elemen penting dari foto-foto tersebut. Flare
adalah pembeda antara imaji nyata dan imaji fotografis. Banyak
film-film bioskop juga memanfaatkan flare untuk efek-efek artistik.
Mata manusia sebenarnya sama dengan kamera, artinya kita juga akan menangkap flare kalau kondisinya sama. Namun, saat flare
terjadi di mata kita, manusia normal akan menutup mata karena cahaya
kuat selalu menyakitkan. Akibatnya, mata normal hampir tak pernah
menyaksikan flare.
Atur penempatan flare sedemikian rupa sehingga menjadi elemen foto yang menguatkan. Pilih posisi flare agar harmonis dengan komposisi fotonya.
blog berisi kan tentang hasil jepret, info unik, humor dan banyak informasi lainnya yang diposting, ga menutup kemunkinan blog ini menerima sumbangan karya dari shobat semua untuk diposting disini. check ajah langsung ke TKP.
Selasa, 27 Agustus 2013
Tips Memotret Camar di Teluk Jakarta
Berikut tips-tips dalam pemotretan burung camar di pantai Jakarta.
Harap diingat, memotret camar terbaik adalah saat mereka makan, yaitu
saat menyambar makanannya dari dalam air:
1. Berangkatlah pagi sekali. Burung camar umumnya bergerombol untuk makan sekitar pukul 07.00 sampai 09.00.
2. Dengan berangkat pagi, Anda juga mendapatkan pencahayaan yang sangat baik serta permukaan laut yang tak beriak/bergelombang.
3. Gunakan ISO 100 atau serendah mungkin sebab foto Anda akan dikrop dengan sangat drastis.
4. Gunakan kamera DSLR yang time-lag-nya rendah, alias kamera yang reaksinya cepat. Lensa terbaik yang dipakai adalah rentang 300 mm sampai 500 mm. Bukaan sempit tidak terlalu berguna sebab depth of field tetap tipis.
5. Cari gerombolan burung camar yang terdiri atas 10-30 burung. Burung camar saat makan bergerombol cukup mudah untuk dipotret dan tidak takut didekati perahu sampai jarak sekitar 10 meter.
6. Setelah menemukan gerombolan burung camar, Anda cukup mengikuti seekor burung sampai dia menukik untuk menyambar seekor ikan. Begitu burung itu sudah meninggalkan air, dapat atau tidak dapat ikan, Anda boleh berkonsentrasi pada burung berikutnya.
7. Secara umum, sistem autofokus dengan mode kontinu sudah mampu ”mengejar” pergerakan camar karena kontras yang ada sangat baik. Warna camar putih, latar belakang biru.
8. Jangan kecewa jika dalam sebuah perjalanan, Anda tidak bertemu satu pun gerombolan camar makan. Keberuntungan dalam fotografi burung sangat menentukan keberhasilan.
Jakarta sering disebut sebagai kota yang sumpek dan tidak manusiawi. Akan tetapi, kenyataannya, Jakarta masih menyimpan banyak surga. Terbukti dengan banyaknya burung yang masih hidup dengan baik di sana.
Sebagai penghobi fotografi, sebaiknya kita semua menjaga kelestarian burung Jakarta dengan tidak menembakinya dengan senapan. Menembak burung dengan kamera berarti kita mencintai alam. Selamat berburu foto burung di Jakarta!
1. Berangkatlah pagi sekali. Burung camar umumnya bergerombol untuk makan sekitar pukul 07.00 sampai 09.00.
2. Dengan berangkat pagi, Anda juga mendapatkan pencahayaan yang sangat baik serta permukaan laut yang tak beriak/bergelombang.
3. Gunakan ISO 100 atau serendah mungkin sebab foto Anda akan dikrop dengan sangat drastis.
4. Gunakan kamera DSLR yang time-lag-nya rendah, alias kamera yang reaksinya cepat. Lensa terbaik yang dipakai adalah rentang 300 mm sampai 500 mm. Bukaan sempit tidak terlalu berguna sebab depth of field tetap tipis.
5. Cari gerombolan burung camar yang terdiri atas 10-30 burung. Burung camar saat makan bergerombol cukup mudah untuk dipotret dan tidak takut didekati perahu sampai jarak sekitar 10 meter.
6. Setelah menemukan gerombolan burung camar, Anda cukup mengikuti seekor burung sampai dia menukik untuk menyambar seekor ikan. Begitu burung itu sudah meninggalkan air, dapat atau tidak dapat ikan, Anda boleh berkonsentrasi pada burung berikutnya.
7. Secara umum, sistem autofokus dengan mode kontinu sudah mampu ”mengejar” pergerakan camar karena kontras yang ada sangat baik. Warna camar putih, latar belakang biru.
8. Jangan kecewa jika dalam sebuah perjalanan, Anda tidak bertemu satu pun gerombolan camar makan. Keberuntungan dalam fotografi burung sangat menentukan keberhasilan.
Jakarta sering disebut sebagai kota yang sumpek dan tidak manusiawi. Akan tetapi, kenyataannya, Jakarta masih menyimpan banyak surga. Terbukti dengan banyaknya burung yang masih hidup dengan baik di sana.
Sebagai penghobi fotografi, sebaiknya kita semua menjaga kelestarian burung Jakarta dengan tidak menembakinya dengan senapan. Menembak burung dengan kamera berarti kita mencintai alam. Selamat berburu foto burung di Jakarta!
“Bocor” Dalam Fotografi
Seorang teman dari Eropa mengeluh. Fotonya di Candi Borobudur, Jawa
Tengah, beberapa tahun lalu, dirasanya tidak memuaskan. Dia berfoto di
depan sebuah stupa yang terbuka sehingga tampak patung Buddha di
dalamnya.
Foto itu sangat bagus, tetapi dia merasa terganggu dengan adanya sebuah papan bertuliskan ”Dilarang Naik ke Stupa” yang ikut muncul dalam fotonya. Juga, di latar belakang foto tampak sebuah tempat sampah dari plastik yang ”tidak nyambung” dengan suasana keseluruhan.
Teman yang lain waktu berfoto di Batu Batikam di Sumatera Barat juga terganggu dengan papan petunjuk persis di belakang Batu Batikam sehingga fotonya sangat tidak menarik. Papan petunjuk berwarna putih itu merusak foto secara keseluruhan. Menurut dia, papan petunjuk memang penting, tetapi penempatannya sungguh tidak memikirkan keindahan fotografis.
Dua alinea di atas adalah hal yang sangat mengemuka pada dunia fotografi di Indonesia. Banyak hal di Indonesia menampilkan benturan antara niat baik dan keinginan fotografis. Sangat banyak kejadian di Indonesia yang menunjukkan bahwa kita secara umum masih belum berpikir fotografis, artinya tidak membayangkan bagaimana kalau sebuah tempat difoto.
Dalam istilah fotografi populer saat ini, hal di dua alinea tersebut disebut ”bocor” alias ketidaksempurnaan suatu tempat. Hal ”bocor” umumnya tak terjadi di tempat wisata mancanegara. Di Yunani, misalnya, bahkan tempat sampah senada dengan lingkungannya, misalnya reruntuhan kota kuno, tempat sampah pun kalau tidak disembunyikan juga berbentuk seakan reruntuhan.
Bisakah Anda bayangkan, suasana sebuah desa di Nias Utara yang indah terfoto dengan sebuah kabel listrik melintang? Atau upacara Palebon di Ubud yang meriah, tetapi di latar belakang berseliweran kabel juga? Demikian pula acara lompat batu di Nias yang juga menampilkan kabel listrik di latar belakang?
Alangkah baiknya kalau sejumlah pihak di Indonesia sadar bahwa keindahan aneka tempat wisata di Indonesia akan tampil lebih indah kalau bisa muncul alami. Pemasangan kabel listrik dirancang sebaiknya agar tersembunyi, pemasangan tanda petunjuk diletakkan sebaik-baiknya, tempat sampah dibuat senada dengan lingkungannya.
Mungkin para pengelola tempat wisata di Indonesia perlu mengevaluasi lagi foto-foto tentang lokasi yang dikelolanya. Keindahan nyata dan keindahan fotografis harusnya memang senada.
Foto itu sangat bagus, tetapi dia merasa terganggu dengan adanya sebuah papan bertuliskan ”Dilarang Naik ke Stupa” yang ikut muncul dalam fotonya. Juga, di latar belakang foto tampak sebuah tempat sampah dari plastik yang ”tidak nyambung” dengan suasana keseluruhan.
Teman yang lain waktu berfoto di Batu Batikam di Sumatera Barat juga terganggu dengan papan petunjuk persis di belakang Batu Batikam sehingga fotonya sangat tidak menarik. Papan petunjuk berwarna putih itu merusak foto secara keseluruhan. Menurut dia, papan petunjuk memang penting, tetapi penempatannya sungguh tidak memikirkan keindahan fotografis.
Dua alinea di atas adalah hal yang sangat mengemuka pada dunia fotografi di Indonesia. Banyak hal di Indonesia menampilkan benturan antara niat baik dan keinginan fotografis. Sangat banyak kejadian di Indonesia yang menunjukkan bahwa kita secara umum masih belum berpikir fotografis, artinya tidak membayangkan bagaimana kalau sebuah tempat difoto.
Dalam istilah fotografi populer saat ini, hal di dua alinea tersebut disebut ”bocor” alias ketidaksempurnaan suatu tempat. Hal ”bocor” umumnya tak terjadi di tempat wisata mancanegara. Di Yunani, misalnya, bahkan tempat sampah senada dengan lingkungannya, misalnya reruntuhan kota kuno, tempat sampah pun kalau tidak disembunyikan juga berbentuk seakan reruntuhan.
Bisakah Anda bayangkan, suasana sebuah desa di Nias Utara yang indah terfoto dengan sebuah kabel listrik melintang? Atau upacara Palebon di Ubud yang meriah, tetapi di latar belakang berseliweran kabel juga? Demikian pula acara lompat batu di Nias yang juga menampilkan kabel listrik di latar belakang?
Alangkah baiknya kalau sejumlah pihak di Indonesia sadar bahwa keindahan aneka tempat wisata di Indonesia akan tampil lebih indah kalau bisa muncul alami. Pemasangan kabel listrik dirancang sebaiknya agar tersembunyi, pemasangan tanda petunjuk diletakkan sebaik-baiknya, tempat sampah dibuat senada dengan lingkungannya.
Mungkin para pengelola tempat wisata di Indonesia perlu mengevaluasi lagi foto-foto tentang lokasi yang dikelolanya. Keindahan nyata dan keindahan fotografis harusnya memang senada.
Tiga Pertanyaan Utama Fotografi
Ada tiga pertanyaan yang paling sering diajukan dalam dunia fotografi
saat ini. Ketiga pertanyaan itu adalah, pertama, apa merek kamera
terbaik? Kedua, kalau saya mau menekuni fotografi, kamera apa yang cocok
saya beli sekarang? Dan, pertanyaan ketiga adalah, berapa lama waktu
yang diperlukan untuk belajar fotografi dari nol sampai mahir? Menjawab
ketiga pertanyaan itu sungguh sulit karena yang bertanya sesungguhnya
memang belum tahu sedikit pun akan dunia yang akan mereka masuki, yaitu
fotografi.
Jawaban atas pertanyaan pertama adalah, tidak ada! Tidak ada kamera yang lebih baik daripada kamera lain saat ini. Kalau ada, pasti kamera itu saja yang dibeli orang.
Tiap merek kamera yang beredar di pasaran pasti punya keunggulan di bandingkan dengan kamera lain sehingga bisa bertahan. Sebaliknya, sebuah kamera pasti juga punya kekurangan dibandingkan dengan lainnya.
Dalam membeli sebuah kamera, kita bukan mencari yang terbaik, melainkan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita saat membelinya.
Hal yang pasti adalah jangan pernah membeli kamera tanpa garansi. Beda harga antara kamera bergaransi dan tidak, tidaklah terlalu banyak. Sementara kalau kamera tanpa garansi sampai rusak, ongkos reparasinya sungguh besar. Kadang sampai sekitar setengah dari harga barunya.
Pedoman lain dalam membeli kamera adalah pilih yang sudah banyak dipakai orang lain di sekitar Anda untuk kemudahan mendapatkan berbagai aksesorinya.
Kemudian, menjawab pertanyaan kedua sesungguhnya menjawab penjabaran dari pertanyaan pertama tadi.
Orang yang melontarkan pertanyaan kedua ini sesungguhnya ingin punya kamera bagus, tetapi ingin seirit mungkin dalam mengeluarkan uang.
Saat ini, belajar fotografi tak ada hubungannya dengan mahal murahnya kamera. Mahal murahnya kamera membedakan mutu foto yang dihasilkan manakala akan dicetak sebesar-besarnya.
Untuk bisa belajar fotografi dengan baik cuma diperlukan sebuah kamera digital yang bisa dipakai manual dan bisa dipakai otomatis sekaligus.
Akan tetapi, sebenarnya fotografi saat ini sudah jauh bergeser. Kemampuan teknis sudah menjadi bonus semata. Dengan telepon genggam pun orang bisa memotret dengan baik. Otomatisasi dalam fotografi sudah membawa orang kepada sebuah kemudahan dalam menghasilkan gambar.
Sesungguhnya, dalam fotografi saat ini yang penting adalah bisa menghasilkan gambar yang benar dari sisi komposisi, sudut pemotretan, dan dari segi pemaknaannya.
Memakai otomatis sudah bukan masalah yang memalukan. Ini ibarat dengan sepeda motor yang ada saat ini. Sarana pergantian gigi otomatis sudah menjadi umum. Sangat banyak orang yang bisa mengendarai sepeda motor, tetapi hanya bisa yang otomatis. Sepeda motor dengan pergantian gigi manual, bahkan yang memakai kopling menjadi hal sulit bagi sebagian pengendara sepeda motor saat ini.
Dalam dunia fotografi saat ini, Anda bisa belajar fotografi sampai ke teknik terdalamnya (walau tidak akan terpakai kalau untuk keperluan dokumentasi sehari-hari semata), atau sekadar belajar bagaimana bisa merekam kejadian yang ada dengan baik.
Membeli kamera saku atau bahkan cuma kamera telepon genggam, bukanlah masalah kalau kebutuhan Anda hanya untuk merekam apa yang dilihat sehari-hari.
Kebutuhan akan kamera yang khusus adalah untuk menjawab tingkat kerja yang khusus. Untuk belajar fotografi tidak harus memakai kamera DSLR, walaupun kalau memakai DSLR memang membuka peluang untuk hasil yang lebih baik. Akan tetapi, tidak boleh dilupakan kenyataan bahwa DSLR lebih berat dan lebih besar. Kalau Anda belum terlalu tergila-gila fotografi, beban kamera DSLR bisa menghentikan antusiasme Anda dalam memulai kegemaran fotografi ini.
Anda baru mulai belajar fotografi? Cobalah mulai dengan kamera saku terlebih dahulu.
Berapa lama?
Sedangkan menjawab pertanyaan ketiga, kita harus memberikan ibarat kepada yang sedang bertanya. Memotret ibarat memasak. Apa definisi Anda untuk mahir memasak?
Orang mungkin bisa menjadi koki yang sangat terkenal di sebuah hotel internasional dan dibayar mahal untuk masakan yang dihasilkannya. Akan tetapi, koki itu mungkin tidak bisa memasak masakan Jawa.
Demikian pula, koki itu mungkin gamang kalau disuruh memasak dengan kompor minyak tanah, misalnya. Dia juga tidak tahu harus membeli bahan masakan di mana karena selama ini semua sudah disediakan timnya.
Demikian pula dalam fotografi. Orang mungkin bisa mahir sekali memotret di dalam studio. Akan tetapi, mungkin dia jadi bodoh manakala harus memotret aneka serangga di museum biologi. Dia juga jadi bodoh manakala harus memotret aktivitas gunung berapi, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
Dalam dunia fotografi, istilah mahir hanyalah kulit. Di dalam badan seorang fotografer yang disebut mahir, sesungguhnya banyak lubang-lubang ketidakmahiran juga.
Jadi, manakala Anda ingin masuk di level mahir dalam fotografi, sesungguhnya Anda harus menentukan dulu mahir di bidang apa. Tekunilah bidang itu sampai Anda merasa di atas rata- rata orang yang melakukan bidang yang sama. Lalu, jika tenaga memang memungkinkan, Anda bisa mulai merambah sisi fotografi yang lain. Misalnya, setelah mahir memotret model, Anda bisa menekuni fotografi lanskap, lalu fotografi makro, dan sebagainya.
Sampai kapan? Sampai Anda merasa cukup!
Jawaban atas pertanyaan pertama adalah, tidak ada! Tidak ada kamera yang lebih baik daripada kamera lain saat ini. Kalau ada, pasti kamera itu saja yang dibeli orang.
Tiap merek kamera yang beredar di pasaran pasti punya keunggulan di bandingkan dengan kamera lain sehingga bisa bertahan. Sebaliknya, sebuah kamera pasti juga punya kekurangan dibandingkan dengan lainnya.
Dalam membeli sebuah kamera, kita bukan mencari yang terbaik, melainkan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita saat membelinya.
Hal yang pasti adalah jangan pernah membeli kamera tanpa garansi. Beda harga antara kamera bergaransi dan tidak, tidaklah terlalu banyak. Sementara kalau kamera tanpa garansi sampai rusak, ongkos reparasinya sungguh besar. Kadang sampai sekitar setengah dari harga barunya.
Pedoman lain dalam membeli kamera adalah pilih yang sudah banyak dipakai orang lain di sekitar Anda untuk kemudahan mendapatkan berbagai aksesorinya.
Kemudian, menjawab pertanyaan kedua sesungguhnya menjawab penjabaran dari pertanyaan pertama tadi.
Orang yang melontarkan pertanyaan kedua ini sesungguhnya ingin punya kamera bagus, tetapi ingin seirit mungkin dalam mengeluarkan uang.
Saat ini, belajar fotografi tak ada hubungannya dengan mahal murahnya kamera. Mahal murahnya kamera membedakan mutu foto yang dihasilkan manakala akan dicetak sebesar-besarnya.
Untuk bisa belajar fotografi dengan baik cuma diperlukan sebuah kamera digital yang bisa dipakai manual dan bisa dipakai otomatis sekaligus.
Akan tetapi, sebenarnya fotografi saat ini sudah jauh bergeser. Kemampuan teknis sudah menjadi bonus semata. Dengan telepon genggam pun orang bisa memotret dengan baik. Otomatisasi dalam fotografi sudah membawa orang kepada sebuah kemudahan dalam menghasilkan gambar.
Sesungguhnya, dalam fotografi saat ini yang penting adalah bisa menghasilkan gambar yang benar dari sisi komposisi, sudut pemotretan, dan dari segi pemaknaannya.
Memakai otomatis sudah bukan masalah yang memalukan. Ini ibarat dengan sepeda motor yang ada saat ini. Sarana pergantian gigi otomatis sudah menjadi umum. Sangat banyak orang yang bisa mengendarai sepeda motor, tetapi hanya bisa yang otomatis. Sepeda motor dengan pergantian gigi manual, bahkan yang memakai kopling menjadi hal sulit bagi sebagian pengendara sepeda motor saat ini.
Dalam dunia fotografi saat ini, Anda bisa belajar fotografi sampai ke teknik terdalamnya (walau tidak akan terpakai kalau untuk keperluan dokumentasi sehari-hari semata), atau sekadar belajar bagaimana bisa merekam kejadian yang ada dengan baik.
Membeli kamera saku atau bahkan cuma kamera telepon genggam, bukanlah masalah kalau kebutuhan Anda hanya untuk merekam apa yang dilihat sehari-hari.
Kebutuhan akan kamera yang khusus adalah untuk menjawab tingkat kerja yang khusus. Untuk belajar fotografi tidak harus memakai kamera DSLR, walaupun kalau memakai DSLR memang membuka peluang untuk hasil yang lebih baik. Akan tetapi, tidak boleh dilupakan kenyataan bahwa DSLR lebih berat dan lebih besar. Kalau Anda belum terlalu tergila-gila fotografi, beban kamera DSLR bisa menghentikan antusiasme Anda dalam memulai kegemaran fotografi ini.
Anda baru mulai belajar fotografi? Cobalah mulai dengan kamera saku terlebih dahulu.
Berapa lama?
Sedangkan menjawab pertanyaan ketiga, kita harus memberikan ibarat kepada yang sedang bertanya. Memotret ibarat memasak. Apa definisi Anda untuk mahir memasak?
Orang mungkin bisa menjadi koki yang sangat terkenal di sebuah hotel internasional dan dibayar mahal untuk masakan yang dihasilkannya. Akan tetapi, koki itu mungkin tidak bisa memasak masakan Jawa.
Demikian pula, koki itu mungkin gamang kalau disuruh memasak dengan kompor minyak tanah, misalnya. Dia juga tidak tahu harus membeli bahan masakan di mana karena selama ini semua sudah disediakan timnya.
Demikian pula dalam fotografi. Orang mungkin bisa mahir sekali memotret di dalam studio. Akan tetapi, mungkin dia jadi bodoh manakala harus memotret aneka serangga di museum biologi. Dia juga jadi bodoh manakala harus memotret aktivitas gunung berapi, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
Dalam dunia fotografi, istilah mahir hanyalah kulit. Di dalam badan seorang fotografer yang disebut mahir, sesungguhnya banyak lubang-lubang ketidakmahiran juga.
Jadi, manakala Anda ingin masuk di level mahir dalam fotografi, sesungguhnya Anda harus menentukan dulu mahir di bidang apa. Tekunilah bidang itu sampai Anda merasa di atas rata- rata orang yang melakukan bidang yang sama. Lalu, jika tenaga memang memungkinkan, Anda bisa mulai merambah sisi fotografi yang lain. Misalnya, setelah mahir memotret model, Anda bisa menekuni fotografi lanskap, lalu fotografi makro, dan sebagainya.
Sampai kapan? Sampai Anda merasa cukup!
Tim Laman: Orang Indonesia Seharusnya Bangga
Pada Kamis malam (22/8), ada acara yang menurut saya sangat menarik
di Atamerica, Pacific Place, kawasan SCBD Sudirman Jakarta. Menarik
sekaligus kesempatan yang langka: Tim Laman berbagi cerita pengalamannya
saat mendokumentasikan 39 spesies burung cenderawasih dengan judul
“Bird of Paradise: Crown Jewels of Indonesia’s Biodiversity”. Acara ini
terselenggara berkat kerja sama National Geographic Indonesia, National Geographic Society, Concervation International, dan The Cornel Lab of Ornithology.
Tim Laman adalah seorang doktor biologi dari Harvard University dan fotografer alam liar kenamaan yang kerap memotret untuk National Geographic. Pada awal presentasinya, Tim Laman bercerita bahwa beliau memulai penugasannya untuk National Geographic dalam mendokumentasikan burung cenderawasih pada 2004 bersama rekannya Edwin Scholes, seorang ahli unggas dari Cornell. Hingga 2007, Tim Laman baru berhasil mendokumentasikan 20 spesies dari 39 spesies burung cenderawasih yang diketahui.
Selain menampilkan foto-foto burung cenderawasih yang menakjubkan, Tim laman juga memperlihatkan beberapa video perilaku burung cenderawasih saat mencari pasangan. Perilaku cenderawasih yang lucu dan unik membuat penonton terkesima dan tertawa. Hal yang mungkin baru diketahui banyak orang: burung cenderawasih jantan memiliki bulu yang lebih bervariasi dan berwarna-warni dibanding burung betina yang hanya didominasi warna cokelat dan putih.
Untuk memikat sang betina, burung cenderawasih jantan membersihkan dan menyiapkan tempat sebagai “panggung”. Sang jantan pun menari-nari, membuat gerakan-gerakan yang unik.
Dari visual yang ditampilkan pada presentasi ini, tidaklah mengherankan jika hasilnya sangat mengagumkan. Selain kelengkapan peralatan dokumentasi, usaha untuk mencapai tempat keberadaan burung tersebut membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Selama 8 tahun, ada 51 lokasi yang dia kunjungi, tersebar di wilayah Sulawesi Utara, Papua, Papua Nugini dan Australia.
Selama 80 jam merekam burung di hutan, memanjat pohon tinggi, serta membangun 109 tempat kamuflase dia lakukan untuk dapat mendokumentasikan 39 spesies burung cenderawasih dengan baik. Dari ekspedisinya ini, Tim Laman menghasilkan 39.568 foto dan, pertama kalinya dalam sejarah, Tim Laman berhasil mendokumentasikan seluruh 39 spesies burung cenderawasih (yang diketahui).
“Sebagai warga negara Indonesia, Anda harus bangga karena dari 39 spesies burung cenderawasih yang ada, 27 spesies berada di kawasan Indonesia,” kata pria jangkung ini. Tetapi sangat disayangkan, perburuan cenderawasih jantan masih terjadi. Jika kegiatan seperti itu tetap berlangsung, kata Tim, keberadaan burung cenderawasih akan punah. “Burung betina kesulitan bereproduksi disebabkan langkanya burung jantan.”
Dalam perjalanannya mendokumentasikan burung cenderawasih, Tim Laman juga menyampaikan kampanye, mengimbau masyarakat lokal untuk tidak memburu cenderawasih. Ia berharap para pemburu beralih profesi menjadi pemandu, mendapatkan bayaran dari turis untuk bisa melihat burung cenderawasih langsung di habitat aslinya.
*Cek juga liputan Tim Laman beserta foto-fotonya di tautan berikut:
http://nationalgeographic.co.id/feature/2012/12/bersua-dengan-surga
Tim Laman adalah seorang doktor biologi dari Harvard University dan fotografer alam liar kenamaan yang kerap memotret untuk National Geographic. Pada awal presentasinya, Tim Laman bercerita bahwa beliau memulai penugasannya untuk National Geographic dalam mendokumentasikan burung cenderawasih pada 2004 bersama rekannya Edwin Scholes, seorang ahli unggas dari Cornell. Hingga 2007, Tim Laman baru berhasil mendokumentasikan 20 spesies dari 39 spesies burung cenderawasih yang diketahui.
Selain menampilkan foto-foto burung cenderawasih yang menakjubkan, Tim laman juga memperlihatkan beberapa video perilaku burung cenderawasih saat mencari pasangan. Perilaku cenderawasih yang lucu dan unik membuat penonton terkesima dan tertawa. Hal yang mungkin baru diketahui banyak orang: burung cenderawasih jantan memiliki bulu yang lebih bervariasi dan berwarna-warni dibanding burung betina yang hanya didominasi warna cokelat dan putih.
Untuk memikat sang betina, burung cenderawasih jantan membersihkan dan menyiapkan tempat sebagai “panggung”. Sang jantan pun menari-nari, membuat gerakan-gerakan yang unik.
Dari visual yang ditampilkan pada presentasi ini, tidaklah mengherankan jika hasilnya sangat mengagumkan. Selain kelengkapan peralatan dokumentasi, usaha untuk mencapai tempat keberadaan burung tersebut membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Selama 8 tahun, ada 51 lokasi yang dia kunjungi, tersebar di wilayah Sulawesi Utara, Papua, Papua Nugini dan Australia.
Selama 80 jam merekam burung di hutan, memanjat pohon tinggi, serta membangun 109 tempat kamuflase dia lakukan untuk dapat mendokumentasikan 39 spesies burung cenderawasih dengan baik. Dari ekspedisinya ini, Tim Laman menghasilkan 39.568 foto dan, pertama kalinya dalam sejarah, Tim Laman berhasil mendokumentasikan seluruh 39 spesies burung cenderawasih (yang diketahui).
“Sebagai warga negara Indonesia, Anda harus bangga karena dari 39 spesies burung cenderawasih yang ada, 27 spesies berada di kawasan Indonesia,” kata pria jangkung ini. Tetapi sangat disayangkan, perburuan cenderawasih jantan masih terjadi. Jika kegiatan seperti itu tetap berlangsung, kata Tim, keberadaan burung cenderawasih akan punah. “Burung betina kesulitan bereproduksi disebabkan langkanya burung jantan.”
Dalam perjalanannya mendokumentasikan burung cenderawasih, Tim Laman juga menyampaikan kampanye, mengimbau masyarakat lokal untuk tidak memburu cenderawasih. Ia berharap para pemburu beralih profesi menjadi pemandu, mendapatkan bayaran dari turis untuk bisa melihat burung cenderawasih langsung di habitat aslinya.
*Cek juga liputan Tim Laman beserta foto-fotonya di tautan berikut:
http://nationalgeographic.co.id/feature/2012/12/bersua-dengan-surga
Fotografi Kreatif Tak Terlihat Sebelumnya
Perkembangan dunia fotografi saat ini sungguh luar biasa. Semua orang
bisa mengambil foto dari berbagai gadget yang mumpuni. Begitu juga
dengan media tempat kita bisa menikmati fotografi. Banyak sekali
referensi gambar menarik yang dihasilkan tangan-tangan penekan rana.
Bahkan serangan media sosial yang mendukung sharing foto turut andil
mudahnya setiap orang berbagi foto.
Lihat saja twitter, facebook, pinterest, ataupun instagram nan melegenda. Gambar-gambar menarik dihasilkan dari segala penjuru. Dahulu mungkin kita sering mendapati caption dengan embel-embel “never seen before”. Namun di era sekarang ini, tak ada lagi tempat yang mungkin “never seen before”. Eksplorasi dari manusia sudah tiba ditahap nan gila. Sudut-sudut bumi bisa kita lihat secara visual tak bertepi.
Inilah yang menjadi tantangan bagi para fotografer era saat ini. Sulit untuk mengatakan dalam sebuah caption bahwa foto yang dihasilkan pada tempat tersebut ber-embel “neven seen before”. Disinilah kreatifitas para fotografer untuk menghasilkan tag yang menarik “never seen before this way”.
Meskipun banyak yang sudah mengabadikan suatu tempat dengan angel yang sama, fotografer dituntut untuk mencari angle lain yang menjadikan fotonya “never seen before this way”. Kepekaan dalam merangkai foto akan menjadikan foto yang tempatnya sangat biasa, bisa menjadi foto yang luar biasa.
Merunut pada kreatifitas dalam pengambilan foto. Tips sederhana yang diutarakan oleh fotografer petualang, Tim Kemple bisa menjadi referensi fk-wan untuk menghasilkan foto yang kreatif. Apa saja yang bisa dipelajari dari Tim Kemple ?
Kemple berusaha manamai tiga layer yang menyusun foto. Layer pertama, foreground akan menuntun mata para penikmat foto untuk menuju subjek. Subjek foto menjadi layer kedua dari foto. Sedangkan backgroundnya mendukung cerita atas subjek. Misalnya saja, pemanjat gunung dengan latar jajaran pegunungan namun berforeground hamparan savana bisa menjadi kan foto yang fk-wan hasilkan bisa menarik.
Yang tak kalah menarik bagi Kemple adalah cahaya. Dalam dunia fotografi, output foto baik berupa cetak maupun masih berbentuk digital akan sangat dipengaruhi oleh cahaya. Mata penikmat foto akan tertuju kebagian yang terlihat terang dalam frame. Menempatkan cahaya pada subjek akan membantu fk-wan agar foto yang dihasilkan menarik.
Kemple juga berusaha mencari perspektif yang unik dari setiap foto yang akan dihasilkannya. Berusaha mengambil angle dari bawah, saming, atas, atau depan. Memasukkan frame ataupun teknik kreatif fotografi lainnya.
Dan yang paling terakhir, Kemple mengutarakan yang terpenting adalah kemampuan foto tersebut untuk bercerita. Di era saat ini, fotogarafer diharapkan tidak sekedar mengambil foto saja tetapi mampu menghadirkan sebuah cerita yang bisa dipahami penikmat foto.
Nah dari tips singkat Kemple tersebut, kita bisa banyak belajar hal-hal kecil namun akan berdampak besar bagi foto yang kita hasilkan. Tentunya tips ini bisa fk-wan praktekkan saat berburu foto. Semoga bisa berekplorasi dengan tag “never seen before this way” ya.
sumber : fotokita.net
Lihat saja twitter, facebook, pinterest, ataupun instagram nan melegenda. Gambar-gambar menarik dihasilkan dari segala penjuru. Dahulu mungkin kita sering mendapati caption dengan embel-embel “never seen before”. Namun di era sekarang ini, tak ada lagi tempat yang mungkin “never seen before”. Eksplorasi dari manusia sudah tiba ditahap nan gila. Sudut-sudut bumi bisa kita lihat secara visual tak bertepi.
Inilah yang menjadi tantangan bagi para fotografer era saat ini. Sulit untuk mengatakan dalam sebuah caption bahwa foto yang dihasilkan pada tempat tersebut ber-embel “neven seen before”. Disinilah kreatifitas para fotografer untuk menghasilkan tag yang menarik “never seen before this way”.
Meskipun banyak yang sudah mengabadikan suatu tempat dengan angel yang sama, fotografer dituntut untuk mencari angle lain yang menjadikan fotonya “never seen before this way”. Kepekaan dalam merangkai foto akan menjadikan foto yang tempatnya sangat biasa, bisa menjadi foto yang luar biasa.
Merunut pada kreatifitas dalam pengambilan foto. Tips sederhana yang diutarakan oleh fotografer petualang, Tim Kemple bisa menjadi referensi fk-wan untuk menghasilkan foto yang kreatif. Apa saja yang bisa dipelajari dari Tim Kemple ?
Kemple berusaha manamai tiga layer yang menyusun foto. Layer pertama, foreground akan menuntun mata para penikmat foto untuk menuju subjek. Subjek foto menjadi layer kedua dari foto. Sedangkan backgroundnya mendukung cerita atas subjek. Misalnya saja, pemanjat gunung dengan latar jajaran pegunungan namun berforeground hamparan savana bisa menjadi kan foto yang fk-wan hasilkan bisa menarik.
Yang tak kalah menarik bagi Kemple adalah cahaya. Dalam dunia fotografi, output foto baik berupa cetak maupun masih berbentuk digital akan sangat dipengaruhi oleh cahaya. Mata penikmat foto akan tertuju kebagian yang terlihat terang dalam frame. Menempatkan cahaya pada subjek akan membantu fk-wan agar foto yang dihasilkan menarik.
Kemple juga berusaha mencari perspektif yang unik dari setiap foto yang akan dihasilkannya. Berusaha mengambil angle dari bawah, saming, atas, atau depan. Memasukkan frame ataupun teknik kreatif fotografi lainnya.
Dan yang paling terakhir, Kemple mengutarakan yang terpenting adalah kemampuan foto tersebut untuk bercerita. Di era saat ini, fotogarafer diharapkan tidak sekedar mengambil foto saja tetapi mampu menghadirkan sebuah cerita yang bisa dipahami penikmat foto.
Nah dari tips singkat Kemple tersebut, kita bisa banyak belajar hal-hal kecil namun akan berdampak besar bagi foto yang kita hasilkan. Tentunya tips ini bisa fk-wan praktekkan saat berburu foto. Semoga bisa berekplorasi dengan tag “never seen before this way” ya.
sumber : fotokita.net
pengenalan dasar tata cahaya
Cahaya dalam fotografi adalah unsur yang paling penting dan utama untuk menciptakan sebuah gambar, image atau foto.
Fotografi sendiri berarti: menggambar dengan cahaya . Tanpa adanya cahaya kita bagai berada di ruang yang gelap gulita tanpa dapat melihat apapun juga. Kita dapat melihat obyek, memfokuskan lensa kamera dan menekan rana merekam gambar kedalam film semata-mata karena adanya cahaya. Cahaya memberikan informasi tentang struktur bentuk object yang akan difoto.
Apa yang kita lihat pada benda adalah akibat dari pantulan cahaya ke benda tersebut yang kita tangkap dengan mata.
Pencahayaan yang diatur dengan baik akan mampu memperlihatkan hasil yang berbentuk dua dimensi (foto) menjadi seakan tiga dimensi.
Cahaya dapat menambahkan mood atau rasa dalam sebuah karya foto sebagai contoh dalam semua film horor atau thriller..mahluk yang menyeramkan selalu diberi penyinaran dari bawah..sehingga penonton me ‘rasa’ seram.
Kemampuan seorang fotografer dalam mengatur dan menghitung pencahayaan akan menentukan kualitas gambar yang dihasilkan.
SIFAT DASAR CAHAYA
1. Cahaya dapat menembus
Pada pagi dan sore hari akan memberikan warm tone color atau warna yang hangat kekuning kuningan, maka dari itu pemotretan model di outdoor dianjurkan pada saat seperti ini.
Derajat Kelvin rata-rata pada siang hari adalah 5500K
2. Film Type A dan Type B untuk Tungsten
Apabila pemakaian film tidak sesuai dengan peruntukannya, sebagai contoh film Type A untuk pemotretan dengan tungsten maka dibutuhkan filter koreksi untuk menormalkan kembali warna yang terekam.
STUDIO FOTO
Pada umumnya studio terbagi dalam beberapa jenis menurut kegunaan dan kategorinya.
Jenis foto studio yang paling banyak dimiliki oleh fotografer profesional adalah jenis studio untuk memotret benda atau dikenal sebagai still-life foto studio dan untuk memotret manusia atau kerennya disebut portrait studio.
Jenis studio lainnya yang khusus dibuat menurut subjek yang difotonya adalah studio untuk memotret mobil, food fotografi, fashion fotografi yang lebih luas ukurannya dari portrait fotografi dll.
Fungsi utama dari studio adalah untuk memberikan kemudahan dalam pengaturan cahaya serta subjek.
Satu-satunya cara adalah memisahkan subject kedalam ruang dengan penggunaan cahaya yang dapat dikontrol sesuai dengan kemauan kita
Hal ini adalah kebalikan dari pada apabila kita melakukan pemotretan diluar ruang dengan mengandalkan cahaya dan apa yang telah disediakan oleh Tuhan YME, kita tidak dapat mengontrol sang Matahari dan mengatur atau merubah keadaan alam sekitar sesuai dengan kehendak kita, melainkan kita harus melakukan kompromi dan menyesuaikan keinginan dengan keadaan
Tetapi ada juga yang disebut daylight studio atau studio yang menggunakan Matahari sebagai sumber pencahayaannya.
Walaupun kita tetap harus berkompromi dengan keadaan cahaya yang disediakan sang surya, kita masih tetap dapat melakukan pengontrolan terhadap cahaya dengan menggunakan reflektor dan penyaring sinar yang masuk dengan tetap menyediakan kemudahan dalam mengontrolan subjek yang hendak kita foto
SUMBER PENCAHAYAAN DALAM STUDIO
Sumber pencahayaan Studio ada 3 macam
1. Sinar Matahari yang masuk melalui jendela atau lazim disebut Window Lighting
Satu Powerpack dapat menyediakan daya untuk dua hingga empat flash head, tergantung pada jenisnya dan besarnya daya yang dimiliki yaitu Joule atau Watt per-Second (WS)
Monoblok dan Flashhead ini mempunyai kelebihan dibandingkan saudara kecilnya Elektronik flash yaitu memiliki apa yang disebut dengan modelling light atau lampu penuntun yang fungsinya menuntun kita untuk dapat mengatur arah lampu dengan sebaik-baiknya.
Flash Jenis lainnya adalah :
d. Light Brush
Keuntungan yang didapat dari Elektronik Flash adalah :
Maksudnya adalah kekuatan energi mentah yang dapat ditampung dalam unit, tergantung pada besarnya kapasitor dan voltase yang akhirnya akan dilepaskan menjadi energi cahaya dengan catatan tidak semuanya dapat dilepaskan menjadi cahaya karena adanya variable flashtube dan juga kebocoran.
Hal ini juga ada sangkut pautnya dengan aksesori yang dapat ditambahkan pada sumber cahaya ini seperti Softbox, Reflektor dan Payung Pantul
MENGUKUR PENCAHAYAAN STUDIO FLASH
Alat untuk mengukur kekuatan sinar atau menetukan bukaan diafragma yang dikeluarkan oleh lampu studio dengan berbagai macam aksesorinya hanya ada tiga macam yaitu dengan :
1. Flash Meter yaitu alat untuk mengukur diafragma yang dibutuhkan atau EV (Eksposure Value) dari Flash.
Ada 2 (dua) cara dalam membaca atau mengukur pencahayaan flash yaitu :
a. Incident Light Reading
Mengukur besarnya cahaya yang jatuh pada subjek dengan menggunakan kubah putih kecil yang terdapat pada flash meter dengan cara mengarahkannya kekamera dibagian yang ingin diukur
b. Reflected Light Reading
Mengukur besarnya cahaya yang direfleksikan oleh bagian tertentu pada subjek.
Alatnya bernama spot meter cara kerjanya hampir sama dengan lightmeter yang berada alam kamera hanya saja alat pada kamera tidak dapat mengukur kilatan cahaya.
2. Polaroid Film
Merupakan alat pengukur yang paling akurat dibandingkan Flash Meter tetapi masih menggunakan metode lama yaitu trial and error, semakin lama jam terbang seorang fotografer studio dia akan semakin dapat mengira eksposure yang pas dan semakin akrab sang fotografer dengan peralatan lightingnya semakin mudah dalam mengukur pencahayaan dengan tepat.
3. Dengan adanya kemajuan tehnologi digital, maka kamera digital pun bisa menjadi cara yang akurat untuk membaca pencahayaan flash, sama halnya seperti film Polaroid.
Berdasarkan sifat dasar cahaya, sumber cahaya studio seperti sinar Mentari, tungsten dan flash dapat kita
1. Lembutkan atau disaring agar sumber cahaya menjadi lebih lembut dan lebih melebar
Contohnya adalah SoftBox dengan ciri-ciri terbuat dari semacam kain campuran plastik dengan warna perak bagian dalamnya berfungsi untuk memantulkan/mengumpulkan cahaya dan hitam dibagian luarnya dan terdapat lapisan transparan didepannya yang berfungsi untuk melunakan cahaya yang keluar. Rangkanya terbuat dari aluminium dan mudah dibongkar pasang dalam waktu singkat
Jenis-jenis Soft Box menurut bentuknya:
a. Striplight dengan ukuran perbandingan panjang dan lebar berkisar antara 3 :15 dengan fungsi untuk memperoleh refleksi garis yang sempit tetapi memanjang pada pemotretan benda-benda yang mengkilat
b. Persegi panjang / rectangle lite
c. Bujur sangkar
d. Oktalite persegi delapan
2. Konsentrasikan atau diarahkan agar sumber cahaya dapat bertambah intensitas, kontras, mudah diarahkan dan tajam
Contohnya antara lain
a. Standard reflektor yang berbentuk semacam panci dengan dasar yang bolong dan biasanya adalah perlengkapan standard studio flash
b. Barndoor yang berfungsi untuk menyekat / menghalangi arah cahaya lampu agar tidak jatuh kebidang yang tidak diinginkan, bentuknya lembaran hitam dipasang fleksibel seperti daun pintu kandang (barndoor) di kiri dan kanan atau juga atas dan bawah standard reflektor
c. Cone / Snot
3. Pantulkan keberbagai bidang yang memantul, ini adalah alternatif lain untuk mendapatkan cahaya yang lebih besar dan lebih lembut tetapi dengan intensitas kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan disaring
Contohnya adalah :
a. Styrofoam
b. Langit-langit / plafon rumah
c. Payung pantul dengan bermacam-macam warna dasar (emas, perak dan putih)
d. Bahan yang dibuat khusus untuk reflektor seperti Photoflex Lite Disc dll
Untuk menambahkan dan mengurangi Intensitas atau kekuatan cahaya ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan, yaitu :
Membuat Studio bagi pemula tidaklah membutuhkan biaya yang mahal..
Kita dapat membuat studio dengan modal yang udah ada seperti ruangan yang mempunyai jendela dirumah ditambah alat untuk memantulkan cahaya dan BG (background) yang bisa dari kain atau sprei…
Atau dengan bohlam lampu 250 watt dengan kombinasi penutup, pengarah atau pemantul sinar seperti diatas.
Atau dengan elektronik flash yang dipantulkan keatas atau tembok samping maupun belakang dengan catatan tembok harus berwarna putih dan memperhitungkan GN flashnya
Be creative lah!
Pendapat umum menyatakan bahwa Fotografi adalah hobi yang mahal, mulai dari peralatan hingga biaya produksi untuk mendapatkan hasil selembar cetakan foto, saya yakin semua orang diruangan ini menyetujuinya
Untuk mendapatkan hasil karya fotografi yang baik, seorang fotografer harus dapat menguasai tehnik foto atau ketrampilan tehnik yang dapat dipelajari melalui sekolah maupun seminar atau workshop serupa ini
Tetapi untuk mendapatkan hasil karya yang sempurna yang dapat dibanggakan tidaklah dijamin oleh pengetahuan atau kepintaran dalam hal tehnik yang dikuasai oleh sang fotografer atau dengan kata lain, meskipun masalah tehnis merupakan ketrampilan atau pengetahuan dasar untuk mendapatkan suatu karya fotografi yang baik, tetapi hal tersebut tidak akan pernah bisa menghasilkan karya-karya foto yang gemilang tanpa dipadukan dengan kecermatan pengamatan, kepekaan perasaan dan ketajaman intuisi atau naluri serta mampu menjunjung tinggi etika profesi
Jadi dengan tidak menguasai sama sekali tehnik fotografi, fotografer benar-benar menggunakan perasaannya dalam membuat komposisi kemudian untuk urusan tehnisnya dia menggunakan metoda trial and error alias mencoba berbagai macam kombinasi kecepatan dan diafragma yang istilah fotografinya adalah bracketing
Satu yang menonjol dalam dunia fotografi saat ini adalah banyaknya hasil foto tetapi mengandung sedikit ‘jiwa’. Dengan makin canggihnya tehnologi fotografi yang mempermudah pemakaiannya orang akan lebih mengadu kecanggihan alat dan berlomba memiliki kamera yang canggih dari pada menghasilkan sebuah foto yang ber’isi’
Manusia memang makin pandai menciptakan alat bantu. Namun, bagaimanapun juga apa yang lahir dari otak tidaklah bisa disamai dengan alat buatan manusia
Ciri khas bukanlah suatu keahlian yang dapat dibeli maupun dipelajari tetapi merupakan bakat yang dapat diasah dan dikembangkan dalam diri
Kita harus mau dan mampu melihat dengan mata hati, mempertajam intuisi dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar, serta mengikuti dorongan naluri seni yang mengalir bebas tanpa beban maka niscaya kita akan mampu menciptakan suatu karya foto yang ‘kental’ dengan personal touch
Tehnik Pencahayaan Portrait Klasik
Sudah menjadi pendapat umum bahwa foto yang disebut dengan potret/portrait adalah foto dengan manusia sebagai objeknya dan manusia yang berada didalam sebuah potret mempunyai perbedaan gaya dan karakter satu dengan lainnya.
Potret dalam bentuk nuansa klasik mempunyai perbedaan dalam pengambilannya. Sebuah potret klasik bukanlah foto yang candid atau yang diambil seadanya, melainkan sebuah hasil foto yang diatur sedemikian rupa pose dan komposisinya menurut kaidah dan disiplin fotografi potret yang telah berabad-abad di wariskan.
Tujuan dasar seorang tukang potret atau portraitist (portrait artist) adalah menonjolkan karakter dan membuat ideal subjeknya. Hasil potret yang baik tidak hanya menunjukan karakter dari subjek tetapi juga menonjolkan ke’cantikan’ atau ke’gantengan’ yang dimilikinya.
Lebih dari itu tampilan dari subjek dalam foto harus tampak tidak membosankan dan enak dilihat selamanya.
Semuanya itu merupakan suatu tantangan yang harus diatasi bagi seorang portraitist untuk dapat mencapai kesuksesan
Karena sebuah hasil karya foto yang dapat disebut sempurna terdiri dari berbagai macam hal-hal yang tidak dapat diukur dan bersifat relatif, maka untuk menghasilkan karya tersebut seorang portraitist dapat mengandalkan disiplin dan tehnik yang telah terbukti selama berabad-abad yang diantaranya adalah :
1. Elemen cahaya atau pencahayaan
2. Posing atau gaya
3. Komposisi
dan yang paling penting diantara ketiganya adalah elemen cahaya
Walaupun posisi angle kamera, pose dan ekspresi memegang peranan yang tak kalah pentingnya, pencahayaan adalah alat yang paling fleksibel.
Dengan pencahayaan yang tepat anda dapat merubah penampilan orang yang gemuk menjadi lebih kurus, orang yang lemah menjadi perkasa dan orang yang tua menjadi tampak lebih muda. Dengan cahaya yang cukup anda dapat menciptakan ilusi tiga dimensi diatas bidang yang rata. Pencahayaan yang diatur dengan hati-hati dengan rasio yang tepat menciptakan penampakan yang seakan membuat hasil potret menjadi terlihat hidup, ilusi yang membuat gambar dua dimensi seakan terlihat tiga dimensi.
Pencahayaan Dasar
Dibutuhkan 4 (empat) sumber pencahayaan dasar atau tradisional yang dapat dibedakan menurut fungsinya yaitu :
1. Key atau Mainlight
2. Fill light
3. Hairlight
4. Background light
Kadangkala lampu tambahan atau lampu kelima dipakai terutama untuk memotret seorang pria, lampu kelima itu disebut dengan:
5. Kicker
Semua pencahayaan potret mencontoh dan mengimitasikan sinar mentari yang dapat kita cermati secara alami.
The Key light, seperti halnya sinar mentari, adalah sumber cahaya yang memberikan penampakan bentuk dari subjek sedangkan pencahayaan lainnya hanya bersifat membantu melengkapi key light. Seperti layaknya sang surya, mainlight tidak pernah diletakan dibawah level mata, selalu terletak diatas wajah atau kepala dapat terletak dikiri atau kanan kamera.
Mainlight ini juga menciptakan apa yang disebut dengan catchligts di bola mata subjek.
Catchlights ini adalah pantulan dari sumber cahaya yang seharusnya tampak pada iris bagian hitam bola mata subjek dengan letak agak keatas tergantung dari pengaturan sumber cahayanya
Keylight biasanya adalah sumber cahaya yang lembut dan diatur tidak langsung terarah ketengah-tengah muka melainkan hanya menyerempet wajah subjek.
Apabila inti cahaya langsung mengarah ketengah subjek maka kulitnya akan cendrung oversaturated dan akibatnya seluruh foto akan tampak over
Fill light diletakan disamping dan dekat dengan kamera pada posisi yang berlawanan dengan mainlight. Hal ini untuk menerangi bayangan yang ditimbulkan oleh key atau mainlight, letaknya yang dekat dengan kamera dimaksudkan untuk mencegah timbulnya bayangan yang kedua. Letaknya hampir sejajar dengan kamera kecuali jika kamera diletakan pada posisi low angle.
Kadangkala sumber cahaya fill light ini digantikan reflektor dengan hasil yang tak kalah sempurna
Hair ligth adalah sumber cahaya tambahan yang bertugas menerangi bagian rambut dan terletak diatas kira-kira 45 derajat dari lens axis, berfungsi untuk memisahkan subjek dengan BG.
Dalam mengatur letak hairlight, kita harus berhati-hati agar tidak menyinari muka subjek dan lensa kamera karena akan menimbulkan flare
BG light berfungsi untuk menyinari BG agar subjek terlihat terpisah, sama seperti fungsi dari hairlight. BG light tidak boleh terlihat oleh kamera, harus tersembunyi baik dibelakang maupun disamping subjek
Kicker light adalah lampu tambahan yang biasanya dipakai untuk pemotretan pria agar terlihat lebih maskulin
Empat macam pola pencahayaan
1. Paramount lighting
2. Loop lighting
3. Rembrant lighting
4. Split lighting
adalah kombinasi sederhana dari perpaduan ke empat tipe sumber pencahayaan dasar.
Perbedaan pola pencahayaan tersebut adalah pada tata-letak sumber cahaya sehingga menimbulkan efek pencahayaan yang berbeda pada wajah
Pada Paramount lighting atau butterfly, sumber cahaya Mainlight dan Fill berada pada posisi yang sama hanya berbeda mainlight agak jauh diatas dan fill light dibawahnya.
Nama butterfly didapat dari bayangan dibawah hidung yang berbentuk seperti kupu-kupu
Nama Loop lighting didapat dari bayangan hidung yang membentuk lengkungan di pipi subjek yang dicahayai fill light, sedangkan mainlight terletak berlawanan disebelah kamera dan terletak sedikit agak jauh
Rembrant lighting berasal dari nama seorang pelukis maestro yang karya-karyanya kebanyakan menggunakan cahaya seperti ini yaitu dengan meletakan Keylight agak jauh dan lebih rendah dari loop lighting sehingga pada pipi subjek yang dicahayai oleh fill light terdapat bocoran cahaya berlian yaitu cahaya dari mainlight yang berbentuk segitiga terletak dipipi bagian atas subjek
Split light lebih mudah lagi yaitu setengah dari wajah tercahayai sedangkan setengahnya lagi sembunyi dalam bayangan.
Semoga bermanfaat
Fotografi sendiri berarti: menggambar dengan cahaya . Tanpa adanya cahaya kita bagai berada di ruang yang gelap gulita tanpa dapat melihat apapun juga. Kita dapat melihat obyek, memfokuskan lensa kamera dan menekan rana merekam gambar kedalam film semata-mata karena adanya cahaya. Cahaya memberikan informasi tentang struktur bentuk object yang akan difoto.
Apa yang kita lihat pada benda adalah akibat dari pantulan cahaya ke benda tersebut yang kita tangkap dengan mata.
Pencahayaan yang diatur dengan baik akan mampu memperlihatkan hasil yang berbentuk dua dimensi (foto) menjadi seakan tiga dimensi.
Cahaya dapat menambahkan mood atau rasa dalam sebuah karya foto sebagai contoh dalam semua film horor atau thriller..mahluk yang menyeramkan selalu diberi penyinaran dari bawah..sehingga penonton me ‘rasa’ seram.
Kemampuan seorang fotografer dalam mengatur dan menghitung pencahayaan akan menentukan kualitas gambar yang dihasilkan.
SIFAT DASAR CAHAYA
1. Cahaya dapat menembus
- Cahaya dapat menembus bahan-bahan yang tidak padat seperti kain, kertas kalkir dan kaca sehingga kualitas kerasnya cahaya dapat dibuat lunak atau soft.
2. Cahaya dapat difokuskan
- Cahaya dapat kita salurkan kearah mana kita kehendaki, dia dapat dikumpulkan dan difokuskan agar kuantitasnya lebih besar lagi. Sebagai contoh adalah sinar Matahari yang difokuskan oleh surya kanta atau kaca pembesar.
3. Cahaya dapat dipantulkan
- Cahaya itu dapat pula kita belokan atau kita pantulkan dengan benda yang mempunya daya pantul yang tinggi seperti cermin, styrofoam, kertas perak dll yang lazim kita sebut dengan reflektor untuk menyinari bagian-bagian yang gelap.
4. Cahaya mempunyai warna
- Semua sumber cahaya mempunyai warna atau umumnya kita sebut dengan suhu warna dalam hitungan derajat Kelvin dan dapat diukur dengan Kelvin Meter / Color Meter.
Walaupun tidak secara fisik memberikan efek yang sama
dengan suhu panasnya api atau dinginnya es, secara psikologi warna dapat
juga dikelompokan seperti contoh warna yang hangat (merah & kuning)
dan dingin (biru & hijau).
Cahaya dari sang Suryapun mempunyai warna yang berbeda disepanjang hariPada pagi dan sore hari akan memberikan warm tone color atau warna yang hangat kekuning kuningan, maka dari itu pemotretan model di outdoor dianjurkan pada saat seperti ini.
Derajat Kelvin rata-rata pada siang hari adalah 5500K
- Lilin 1800K
- Bohlam 100watt 2850K
- Bohlam 500watt 3200K
- Fotoflood 3400K
- Flash 5500- 5700K
- Langit biru 10000-12000K
Mata manusia kurang peka akan perubahan warna cahaya
tetapi film sangatlah peka oleh sebab itu film dibagi menjadi 2 macam
atau jenis yaitu :
1. Film untuk Daylight2. Film Type A dan Type B untuk Tungsten
Apabila pemakaian film tidak sesuai dengan peruntukannya, sebagai contoh film Type A untuk pemotretan dengan tungsten maka dibutuhkan filter koreksi untuk menormalkan kembali warna yang terekam.
STUDIO FOTO
Pada umumnya studio terbagi dalam beberapa jenis menurut kegunaan dan kategorinya.
Jenis foto studio yang paling banyak dimiliki oleh fotografer profesional adalah jenis studio untuk memotret benda atau dikenal sebagai still-life foto studio dan untuk memotret manusia atau kerennya disebut portrait studio.
Jenis studio lainnya yang khusus dibuat menurut subjek yang difotonya adalah studio untuk memotret mobil, food fotografi, fashion fotografi yang lebih luas ukurannya dari portrait fotografi dll.
Fungsi utama dari studio adalah untuk memberikan kemudahan dalam pengaturan cahaya serta subjek.
Satu-satunya cara adalah memisahkan subject kedalam ruang dengan penggunaan cahaya yang dapat dikontrol sesuai dengan kemauan kita
Hal ini adalah kebalikan dari pada apabila kita melakukan pemotretan diluar ruang dengan mengandalkan cahaya dan apa yang telah disediakan oleh Tuhan YME, kita tidak dapat mengontrol sang Matahari dan mengatur atau merubah keadaan alam sekitar sesuai dengan kehendak kita, melainkan kita harus melakukan kompromi dan menyesuaikan keinginan dengan keadaan
Tetapi ada juga yang disebut daylight studio atau studio yang menggunakan Matahari sebagai sumber pencahayaannya.
Walaupun kita tetap harus berkompromi dengan keadaan cahaya yang disediakan sang surya, kita masih tetap dapat melakukan pengontrolan terhadap cahaya dengan menggunakan reflektor dan penyaring sinar yang masuk dengan tetap menyediakan kemudahan dalam mengontrolan subjek yang hendak kita foto
SUMBER PENCAHAYAAN DALAM STUDIO
Sumber pencahayaan Studio ada 3 macam
1. Sinar Matahari yang masuk melalui jendela atau lazim disebut Window Lighting
- Cahaya Matahari ini sebaiknya tidak langsung mengenai objek karena akan susah sekali mengontrol kontrasnya
2. Lampu Tungsten atau Fotoflood
- Lampu tipe ini biasanya kita sebut dengan Continous Lighting atau cahaya yang bersinar secara terus-menerus. Keuntungannya akan lebih mudah pengaturannnya, apa yang kita lihat itu yang terekam kedalam film. Kerugiannya adalah : silau, panas dan berkecepatan lambat
3. Flash
- Berbagai macam jenis flash banyak ditawarkan pasaran saat ini dari yang paling sederhana seperti elektronik flash (Canonspeedlight, SB Nikon ,Metz, Nissin dll) hingga yang canggih seperti Broncolor, Visatec, Bowens, Hensel, Proflash, Electra, Multiblitz, Elinchrom dll
Bentuknya Flash juga beraneka ragam..
a. Camera Flash
a. Camera Flash
- Built-in flash, Flash yang ditaruh diatas kamera pada hotshoe dan/atau pada bracket seperti Metz CT 45,CT60 dll yang dihubungkan dengan kabel syncro ke terminal x sync kamera
b. Monoflash atau dikenal juga dengan Monoblok / Monolight
- Jenis lampu ini adalah jenis yang paling sering digunakan dimana instrumen pengaturannya berada dalam satu body dan pemakaiannya tinggal dicolok ke stop kontak, biasanya lampu jenis ini dilengkapi dengan built in slave yaitu mata yang menangkap sinar flash dari lampu lain sehingga menyalakan flashnya
c. Flashhead dengan Powerpack / Generator
- Alternative lain dari monoblok adalah Powerpack.
Lampu jenis ini terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Flash Head sebagai sumber cahaya
b. Powerpack / Generator sebagai sumber daya
Flashhead hanya sebagai sumber cahaya sedangkan sumber daya terletak terpisah dan dihubungkan oleh kabel.
Karena itu bentuknya lebih kecil dari monoblok menjadikan lampu jenis
ini lebih fleksibel serta mudah dalam pengaturan karena instrumen
pengaturannya tidak terletak pada flashhead melainkan pada sumber
dayanya yang dapat diletakan didekat fotografera. Flash Head sebagai sumber cahaya
b. Powerpack / Generator sebagai sumber daya
Flashhead hanya sebagai sumber cahaya sedangkan sumber daya terletak terpisah dan dihubungkan oleh kabel.
Satu Powerpack dapat menyediakan daya untuk dua hingga empat flash head, tergantung pada jenisnya dan besarnya daya yang dimiliki yaitu Joule atau Watt per-Second (WS)
Monoblok dan Flashhead ini mempunyai kelebihan dibandingkan saudara kecilnya Elektronik flash yaitu memiliki apa yang disebut dengan modelling light atau lampu penuntun yang fungsinya menuntun kita untuk dapat mengatur arah lampu dengan sebaik-baiknya.
Flash Jenis lainnya adalah :
d. Light Brush
- Powerpack dengan ujung yang dapat diganti-ganti sehingga menghasilkan cahaya yang kecil dan digunakannya seperti kita menggunakan alat cat airbrush
e. Ringflash
- Ditaruh seperti filterdidepan lensa efeknya bila diatur sedemikian rupa dapat memberi bayangan tipis disekeliling obyek.Biasanya flash ini dipakai untuk pemotretan mikro fotografi
f. Linear Flashtube
- Flashtube yang berbentuk macam neon…panjang sering digunakan untuk mencahayai background
PENCAHAYAAN DI STUDIO
Standard pencahayaan dalam studio yang umum dipakai saat ini adalah
elektronik flash menggantikan lampu continuous atau tungsten lightingKeuntungan yang didapat dari Elektronik Flash adalah :
- Dingin tidak mengeluarkan panas dan cahaya silau secara terus menerus yang mengganggu
- Kecepatan Tinggi sekitar 1/100 hingga 1/500 second sehingga dapat membekukan gerak
- Karena suhu warna flash yang berkisar antara 5500K s/d 5700K maka sesuai dengan suhu warna Film Daylight yaitu 5500K
Hal diatas menggantikan kerugian Lampu Tungsten yang antara lain:
- Panas dan silau
- Slow atau harus menggunakan kecepatan yang lebih lambat untuk mendapatkan diafragma yang ideal atau DOF yang diinginkan
- Kebanyakan lampu ini mempunyai suhu sekitar 3200K-3400K dan untuk mendapatkan hasil warna yang normal dapat digunakan Type B Tungsten Film atau Type A film yang sedikit diatas suhu warna tungsten yaitu 3400K atau menggunakan filter koreksi didepan lensa atau sumber cahaya Tungsten itu sendiri
Keuntungan lain dari pada Elektronik Flash adalah karena
bentuknya yang mungil serta suhu yang dingin tidak panas maka dapat
dimasukan kedalam softbox atau aksesori tambahan lainnya yang beraneka
ragam.
Tetapi lampu tungsten juga memiliki kelebihan khusus dibandingkan dengan Elektronik Flash, kelebihan lain itu adalah :- Lampu Tungsten dapat merekam Motion Bur atau merekam gambar gerak yang blur atau istilah kerennya Streak Photography yang dapat digabungkan dengan flash untuk mendapatkan gambar yang tajam diakhir blur akibat gerakan tersebut.
- Mengumpulkan Quantitas jumlah cahaya yang ideal untuk mendapatkan DOF yang ideal pada pemotretan tertentu seperti Industrial Fotografi, dengan Tungsten kita dapat merekam ruang tajam gambar sesuai dengan diafragma yang kita butuhkan dengan cara mengatur atau menyesuaikan kecepatan rana.
Elektronik Flash dapat melakukan hal yang sama dengan
cara Multiple Flashes atau dengan melepaskan Flash secara berulang kali
dengan catatan
- 1 x flash = normal eksposure contoh f/number 4
- 2 x flashes = +1 stop f/5.6
- 3 x flashes = +1½ stop f/6.7
- 4 x flashes = +2 stop f/8
- 6 x flashes = +2½ stop f/9.6
- 8 x flashes = +3 stop f/11
- 10x flashes = +31/3 stop f/12.5
- 12x flashes = +3½ stop f/13.2
- 14x flashes = +32/3 stop f/14.2
- 16x flashes = +4 stop f/16
tetapi tetap saja akan mudah bila menggunakan Tungsten,
tinggal menggunakan fasilitas AV, mengatur diafragma yang diinginkan dan
speed akan otomatis menyesuaikan
Menentukan besarnya kekuatan Studio Flash (kecuali kamera flash)
tidak dengan GN atau Guide Numbernya melainkan dengan Elektrikal
Inputnya yaitu dengan Joule atau Watt per-Second (WS).Maksudnya adalah kekuatan energi mentah yang dapat ditampung dalam unit, tergantung pada besarnya kapasitor dan voltase yang akhirnya akan dilepaskan menjadi energi cahaya dengan catatan tidak semuanya dapat dilepaskan menjadi cahaya karena adanya variable flashtube dan juga kebocoran.
Hal ini juga ada sangkut pautnya dengan aksesori yang dapat ditambahkan pada sumber cahaya ini seperti Softbox, Reflektor dan Payung Pantul
MENGUKUR PENCAHAYAAN STUDIO FLASH
Alat untuk mengukur kekuatan sinar atau menetukan bukaan diafragma yang dikeluarkan oleh lampu studio dengan berbagai macam aksesorinya hanya ada tiga macam yaitu dengan :
1. Flash Meter yaitu alat untuk mengukur diafragma yang dibutuhkan atau EV (Eksposure Value) dari Flash.
Ada 2 (dua) cara dalam membaca atau mengukur pencahayaan flash yaitu :
a. Incident Light Reading
Mengukur besarnya cahaya yang jatuh pada subjek dengan menggunakan kubah putih kecil yang terdapat pada flash meter dengan cara mengarahkannya kekamera dibagian yang ingin diukur
b. Reflected Light Reading
Mengukur besarnya cahaya yang direfleksikan oleh bagian tertentu pada subjek.
Alatnya bernama spot meter cara kerjanya hampir sama dengan lightmeter yang berada alam kamera hanya saja alat pada kamera tidak dapat mengukur kilatan cahaya.
2. Polaroid Film
Merupakan alat pengukur yang paling akurat dibandingkan Flash Meter tetapi masih menggunakan metode lama yaitu trial and error, semakin lama jam terbang seorang fotografer studio dia akan semakin dapat mengira eksposure yang pas dan semakin akrab sang fotografer dengan peralatan lightingnya semakin mudah dalam mengukur pencahayaan dengan tepat.
3. Dengan adanya kemajuan tehnologi digital, maka kamera digital pun bisa menjadi cara yang akurat untuk membaca pencahayaan flash, sama halnya seperti film Polaroid.
Berdasarkan sifat dasar cahaya, sumber cahaya studio seperti sinar Mentari, tungsten dan flash dapat kita
1. Lembutkan atau disaring agar sumber cahaya menjadi lebih lembut dan lebih melebar
Contohnya adalah SoftBox dengan ciri-ciri terbuat dari semacam kain campuran plastik dengan warna perak bagian dalamnya berfungsi untuk memantulkan/mengumpulkan cahaya dan hitam dibagian luarnya dan terdapat lapisan transparan didepannya yang berfungsi untuk melunakan cahaya yang keluar. Rangkanya terbuat dari aluminium dan mudah dibongkar pasang dalam waktu singkat
Jenis-jenis Soft Box menurut bentuknya:
a. Striplight dengan ukuran perbandingan panjang dan lebar berkisar antara 3 :15 dengan fungsi untuk memperoleh refleksi garis yang sempit tetapi memanjang pada pemotretan benda-benda yang mengkilat
b. Persegi panjang / rectangle lite
c. Bujur sangkar
d. Oktalite persegi delapan
2. Konsentrasikan atau diarahkan agar sumber cahaya dapat bertambah intensitas, kontras, mudah diarahkan dan tajam
Contohnya antara lain
a. Standard reflektor yang berbentuk semacam panci dengan dasar yang bolong dan biasanya adalah perlengkapan standard studio flash
b. Barndoor yang berfungsi untuk menyekat / menghalangi arah cahaya lampu agar tidak jatuh kebidang yang tidak diinginkan, bentuknya lembaran hitam dipasang fleksibel seperti daun pintu kandang (barndoor) di kiri dan kanan atau juga atas dan bawah standard reflektor
c. Cone / Snot
3. Pantulkan keberbagai bidang yang memantul, ini adalah alternatif lain untuk mendapatkan cahaya yang lebih besar dan lebih lembut tetapi dengan intensitas kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan disaring
Contohnya adalah :
a. Styrofoam
b. Langit-langit / plafon rumah
c. Payung pantul dengan bermacam-macam warna dasar (emas, perak dan putih)
d. Bahan yang dibuat khusus untuk reflektor seperti Photoflex Lite Disc dll
Untuk menambahkan dan mengurangi Intensitas atau kekuatan cahaya ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan, yaitu :
- Menaikan atau menurunkan kekuatan atau output power dari sumber cahaya
- Menggeser, mendekatkan atau menjauhkan sumber cahaya dengan obyek
- Menambahkan lensa pada sumber cahaya untuk memfokuskan kekuatan cahaya (optical snoot) atau filter/gel ND (netral Density) peredam sinar didepan sumber cahaya
Hal dibawah ini akan mempengaruhi bukaan diafragma dan kontras cahaya
- Semakin besar luas sumber cahaya terhadap obyek maka semakin rendah kontras cahaya yang dihasilkan, bayangan akan menjadi lembut.
- Semakin dekat sumber cahaya ke obyek semakin besar kontras permukaan obyek yang terdekat dengan yang terjauh dari sumber cahaya dan semakin jauh jarak sumber cahaya ke obyek semakin rendah kontras perbedaan obyek yang tercahayai khususnya pada obyek yang mempunyai kedalaman dimensi
Membuat Studio bagi pemula tidaklah membutuhkan biaya yang mahal..
Kita dapat membuat studio dengan modal yang udah ada seperti ruangan yang mempunyai jendela dirumah ditambah alat untuk memantulkan cahaya dan BG (background) yang bisa dari kain atau sprei…
Atau dengan bohlam lampu 250 watt dengan kombinasi penutup, pengarah atau pemantul sinar seperti diatas.
Atau dengan elektronik flash yang dipantulkan keatas atau tembok samping maupun belakang dengan catatan tembok harus berwarna putih dan memperhitungkan GN flashnya
Be creative lah!
Pendapat umum menyatakan bahwa Fotografi adalah hobi yang mahal, mulai dari peralatan hingga biaya produksi untuk mendapatkan hasil selembar cetakan foto, saya yakin semua orang diruangan ini menyetujuinya
Untuk mendapatkan hasil karya fotografi yang baik, seorang fotografer harus dapat menguasai tehnik foto atau ketrampilan tehnik yang dapat dipelajari melalui sekolah maupun seminar atau workshop serupa ini
Tetapi untuk mendapatkan hasil karya yang sempurna yang dapat dibanggakan tidaklah dijamin oleh pengetahuan atau kepintaran dalam hal tehnik yang dikuasai oleh sang fotografer atau dengan kata lain, meskipun masalah tehnis merupakan ketrampilan atau pengetahuan dasar untuk mendapatkan suatu karya fotografi yang baik, tetapi hal tersebut tidak akan pernah bisa menghasilkan karya-karya foto yang gemilang tanpa dipadukan dengan kecermatan pengamatan, kepekaan perasaan dan ketajaman intuisi atau naluri serta mampu menjunjung tinggi etika profesi
Jadi dengan tidak menguasai sama sekali tehnik fotografi, fotografer benar-benar menggunakan perasaannya dalam membuat komposisi kemudian untuk urusan tehnisnya dia menggunakan metoda trial and error alias mencoba berbagai macam kombinasi kecepatan dan diafragma yang istilah fotografinya adalah bracketing
Satu yang menonjol dalam dunia fotografi saat ini adalah banyaknya hasil foto tetapi mengandung sedikit ‘jiwa’. Dengan makin canggihnya tehnologi fotografi yang mempermudah pemakaiannya orang akan lebih mengadu kecanggihan alat dan berlomba memiliki kamera yang canggih dari pada menghasilkan sebuah foto yang ber’isi’
Manusia memang makin pandai menciptakan alat bantu. Namun, bagaimanapun juga apa yang lahir dari otak tidaklah bisa disamai dengan alat buatan manusia
Ciri khas bukanlah suatu keahlian yang dapat dibeli maupun dipelajari tetapi merupakan bakat yang dapat diasah dan dikembangkan dalam diri
Kita harus mau dan mampu melihat dengan mata hati, mempertajam intuisi dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar, serta mengikuti dorongan naluri seni yang mengalir bebas tanpa beban maka niscaya kita akan mampu menciptakan suatu karya foto yang ‘kental’ dengan personal touch
Tehnik Pencahayaan Portrait Klasik
Sudah menjadi pendapat umum bahwa foto yang disebut dengan potret/portrait adalah foto dengan manusia sebagai objeknya dan manusia yang berada didalam sebuah potret mempunyai perbedaan gaya dan karakter satu dengan lainnya.
Potret dalam bentuk nuansa klasik mempunyai perbedaan dalam pengambilannya. Sebuah potret klasik bukanlah foto yang candid atau yang diambil seadanya, melainkan sebuah hasil foto yang diatur sedemikian rupa pose dan komposisinya menurut kaidah dan disiplin fotografi potret yang telah berabad-abad di wariskan.
Tujuan dasar seorang tukang potret atau portraitist (portrait artist) adalah menonjolkan karakter dan membuat ideal subjeknya. Hasil potret yang baik tidak hanya menunjukan karakter dari subjek tetapi juga menonjolkan ke’cantikan’ atau ke’gantengan’ yang dimilikinya.
Lebih dari itu tampilan dari subjek dalam foto harus tampak tidak membosankan dan enak dilihat selamanya.
Semuanya itu merupakan suatu tantangan yang harus diatasi bagi seorang portraitist untuk dapat mencapai kesuksesan
Karena sebuah hasil karya foto yang dapat disebut sempurna terdiri dari berbagai macam hal-hal yang tidak dapat diukur dan bersifat relatif, maka untuk menghasilkan karya tersebut seorang portraitist dapat mengandalkan disiplin dan tehnik yang telah terbukti selama berabad-abad yang diantaranya adalah :
1. Elemen cahaya atau pencahayaan
2. Posing atau gaya
3. Komposisi
dan yang paling penting diantara ketiganya adalah elemen cahaya
Walaupun posisi angle kamera, pose dan ekspresi memegang peranan yang tak kalah pentingnya, pencahayaan adalah alat yang paling fleksibel.
Dengan pencahayaan yang tepat anda dapat merubah penampilan orang yang gemuk menjadi lebih kurus, orang yang lemah menjadi perkasa dan orang yang tua menjadi tampak lebih muda. Dengan cahaya yang cukup anda dapat menciptakan ilusi tiga dimensi diatas bidang yang rata. Pencahayaan yang diatur dengan hati-hati dengan rasio yang tepat menciptakan penampakan yang seakan membuat hasil potret menjadi terlihat hidup, ilusi yang membuat gambar dua dimensi seakan terlihat tiga dimensi.
Pencahayaan Dasar
Dibutuhkan 4 (empat) sumber pencahayaan dasar atau tradisional yang dapat dibedakan menurut fungsinya yaitu :
1. Key atau Mainlight
2. Fill light
3. Hairlight
4. Background light
Kadangkala lampu tambahan atau lampu kelima dipakai terutama untuk memotret seorang pria, lampu kelima itu disebut dengan:
5. Kicker
Semua pencahayaan potret mencontoh dan mengimitasikan sinar mentari yang dapat kita cermati secara alami.
The Key light, seperti halnya sinar mentari, adalah sumber cahaya yang memberikan penampakan bentuk dari subjek sedangkan pencahayaan lainnya hanya bersifat membantu melengkapi key light. Seperti layaknya sang surya, mainlight tidak pernah diletakan dibawah level mata, selalu terletak diatas wajah atau kepala dapat terletak dikiri atau kanan kamera.
Mainlight ini juga menciptakan apa yang disebut dengan catchligts di bola mata subjek.
Catchlights ini adalah pantulan dari sumber cahaya yang seharusnya tampak pada iris bagian hitam bola mata subjek dengan letak agak keatas tergantung dari pengaturan sumber cahayanya
Keylight biasanya adalah sumber cahaya yang lembut dan diatur tidak langsung terarah ketengah-tengah muka melainkan hanya menyerempet wajah subjek.
Apabila inti cahaya langsung mengarah ketengah subjek maka kulitnya akan cendrung oversaturated dan akibatnya seluruh foto akan tampak over
Fill light diletakan disamping dan dekat dengan kamera pada posisi yang berlawanan dengan mainlight. Hal ini untuk menerangi bayangan yang ditimbulkan oleh key atau mainlight, letaknya yang dekat dengan kamera dimaksudkan untuk mencegah timbulnya bayangan yang kedua. Letaknya hampir sejajar dengan kamera kecuali jika kamera diletakan pada posisi low angle.
Kadangkala sumber cahaya fill light ini digantikan reflektor dengan hasil yang tak kalah sempurna
Hair ligth adalah sumber cahaya tambahan yang bertugas menerangi bagian rambut dan terletak diatas kira-kira 45 derajat dari lens axis, berfungsi untuk memisahkan subjek dengan BG.
Dalam mengatur letak hairlight, kita harus berhati-hati agar tidak menyinari muka subjek dan lensa kamera karena akan menimbulkan flare
BG light berfungsi untuk menyinari BG agar subjek terlihat terpisah, sama seperti fungsi dari hairlight. BG light tidak boleh terlihat oleh kamera, harus tersembunyi baik dibelakang maupun disamping subjek
Kicker light adalah lampu tambahan yang biasanya dipakai untuk pemotretan pria agar terlihat lebih maskulin
Empat macam pola pencahayaan
1. Paramount lighting
2. Loop lighting
3. Rembrant lighting
4. Split lighting
adalah kombinasi sederhana dari perpaduan ke empat tipe sumber pencahayaan dasar.
Perbedaan pola pencahayaan tersebut adalah pada tata-letak sumber cahaya sehingga menimbulkan efek pencahayaan yang berbeda pada wajah
Pada Paramount lighting atau butterfly, sumber cahaya Mainlight dan Fill berada pada posisi yang sama hanya berbeda mainlight agak jauh diatas dan fill light dibawahnya.
Nama butterfly didapat dari bayangan dibawah hidung yang berbentuk seperti kupu-kupu
Nama Loop lighting didapat dari bayangan hidung yang membentuk lengkungan di pipi subjek yang dicahayai fill light, sedangkan mainlight terletak berlawanan disebelah kamera dan terletak sedikit agak jauh
Rembrant lighting berasal dari nama seorang pelukis maestro yang karya-karyanya kebanyakan menggunakan cahaya seperti ini yaitu dengan meletakan Keylight agak jauh dan lebih rendah dari loop lighting sehingga pada pipi subjek yang dicahayai oleh fill light terdapat bocoran cahaya berlian yaitu cahaya dari mainlight yang berbentuk segitiga terletak dipipi bagian atas subjek
Split light lebih mudah lagi yaitu setengah dari wajah tercahayai sedangkan setengahnya lagi sembunyi dalam bayangan.
Semoga bermanfaat
rambut kobochan jadi populer
hai sob, balik lagi nih. kali ini gue mau ngebahas tentang model rambut. masih inget ga sama model rambutnya kobochan??
nih ya, ane kasih review sedikit.
model dengan gaya rambut yang tebel ditengah dan tipis disamping (malah hampir botak) pada jaman 90an cuma kobochan yang punya (setau gue loh ya hehe). tapi sekarang liat nih sob.
kadang perkembangan zaman ga selalu mencari yang baru, tapi bisa juga mencoba yang udah ada, salah satunya ya model rambut ini. hehe, ga nyambung yah. so menurut kalian apa sih yang bikin model rambut begini jadi populer?
Langganan:
Postingan (Atom)