Ada tiga pertanyaan yang paling sering diajukan dalam dunia fotografi
saat ini. Ketiga pertanyaan itu adalah, pertama, apa merek kamera
terbaik? Kedua, kalau saya mau menekuni fotografi, kamera apa yang cocok
saya beli sekarang? Dan, pertanyaan ketiga adalah, berapa lama waktu
yang diperlukan untuk belajar fotografi dari nol sampai mahir? Menjawab
ketiga pertanyaan itu sungguh sulit karena yang bertanya sesungguhnya
memang belum tahu sedikit pun akan dunia yang akan mereka masuki, yaitu
fotografi.
Jawaban atas pertanyaan pertama adalah, tidak ada! Tidak ada kamera
yang lebih baik daripada kamera lain saat ini. Kalau ada, pasti kamera
itu saja yang dibeli orang.
Tiap merek kamera yang beredar di pasaran pasti punya keunggulan di
bandingkan dengan kamera lain sehingga bisa bertahan. Sebaliknya, sebuah
kamera pasti juga punya kekurangan dibandingkan dengan lainnya.
Dalam membeli sebuah kamera, kita bukan mencari yang terbaik,
melainkan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita saat
membelinya.
Hal yang pasti adalah jangan pernah membeli kamera tanpa garansi.
Beda harga antara kamera bergaransi dan tidak, tidaklah terlalu banyak.
Sementara kalau kamera tanpa garansi sampai rusak, ongkos reparasinya
sungguh besar. Kadang sampai sekitar setengah dari harga barunya.
Pedoman lain dalam membeli kamera adalah pilih yang sudah banyak
dipakai orang lain di sekitar Anda untuk kemudahan mendapatkan berbagai
aksesorinya.
Kemudian, menjawab pertanyaan kedua sesungguhnya menjawab penjabaran dari pertanyaan pertama tadi.
Orang yang melontarkan pertanyaan kedua ini sesungguhnya ingin punya
kamera bagus, tetapi ingin seirit mungkin dalam mengeluarkan uang.
Saat ini, belajar fotografi tak ada hubungannya dengan mahal murahnya
kamera. Mahal murahnya kamera membedakan mutu foto yang dihasilkan
manakala akan dicetak sebesar-besarnya.
Untuk bisa belajar fotografi dengan baik cuma diperlukan sebuah
kamera digital yang bisa dipakai manual dan bisa dipakai otomatis
sekaligus.
Akan tetapi, sebenarnya fotografi saat ini sudah jauh bergeser.
Kemampuan teknis sudah menjadi bonus semata. Dengan telepon genggam pun
orang bisa memotret dengan baik. Otomatisasi dalam fotografi sudah
membawa orang kepada sebuah kemudahan dalam menghasilkan gambar.
Sesungguhnya, dalam fotografi saat ini yang penting adalah bisa
menghasilkan gambar yang benar dari sisi komposisi, sudut pemotretan,
dan dari segi pemaknaannya.
Memakai otomatis sudah bukan masalah yang memalukan. Ini ibarat
dengan sepeda motor yang ada saat ini. Sarana pergantian gigi otomatis
sudah menjadi umum. Sangat banyak orang yang bisa mengendarai sepeda
motor, tetapi hanya bisa yang otomatis. Sepeda motor dengan pergantian
gigi manual, bahkan yang memakai kopling menjadi hal sulit bagi sebagian
pengendara sepeda motor saat ini.
Dalam dunia fotografi saat ini, Anda bisa belajar fotografi sampai ke
teknik terdalamnya (walau tidak akan terpakai kalau untuk keperluan
dokumentasi sehari-hari semata), atau sekadar belajar bagaimana bisa
merekam kejadian yang ada dengan baik.
Membeli kamera saku atau bahkan cuma kamera telepon genggam, bukanlah
masalah kalau kebutuhan Anda hanya untuk merekam apa yang dilihat
sehari-hari.
Kebutuhan akan kamera yang khusus adalah untuk menjawab tingkat kerja
yang khusus. Untuk belajar fotografi tidak harus memakai kamera DSLR,
walaupun kalau memakai DSLR memang membuka peluang untuk hasil yang
lebih baik. Akan tetapi, tidak boleh dilupakan kenyataan bahwa DSLR
lebih berat dan lebih besar. Kalau Anda belum terlalu tergila-gila
fotografi, beban kamera DSLR bisa menghentikan antusiasme Anda dalam
memulai kegemaran fotografi ini.
Anda baru mulai belajar fotografi? Cobalah mulai dengan kamera saku terlebih dahulu.
Berapa lama?
Sedangkan menjawab pertanyaan ketiga, kita harus memberikan ibarat
kepada yang sedang bertanya. Memotret ibarat memasak. Apa definisi Anda
untuk mahir memasak?
Orang mungkin bisa menjadi koki yang sangat terkenal di sebuah hotel
internasional dan dibayar mahal untuk masakan yang dihasilkannya. Akan
tetapi, koki itu mungkin tidak bisa memasak masakan Jawa.
Demikian pula, koki itu mungkin gamang kalau disuruh memasak dengan
kompor minyak tanah, misalnya. Dia juga tidak tahu harus membeli bahan
masakan di mana karena selama ini semua sudah disediakan timnya.
Demikian pula dalam fotografi. Orang mungkin bisa mahir sekali
memotret di dalam studio. Akan tetapi, mungkin dia jadi bodoh manakala
harus memotret aneka serangga di museum biologi. Dia juga jadi bodoh
manakala harus memotret aktivitas gunung berapi, berminggu-minggu,
bahkan berbulan-bulan.
Dalam dunia fotografi, istilah mahir hanyalah kulit. Di dalam badan
seorang fotografer yang disebut mahir, sesungguhnya banyak lubang-lubang
ketidakmahiran juga.
Jadi, manakala Anda ingin masuk di level mahir dalam fotografi,
sesungguhnya Anda harus menentukan dulu mahir di bidang apa. Tekunilah
bidang itu sampai Anda merasa di atas rata- rata orang yang melakukan
bidang yang sama. Lalu, jika tenaga memang memungkinkan, Anda bisa mulai
merambah sisi fotografi yang lain. Misalnya, setelah mahir memotret
model, Anda bisa menekuni fotografi lanskap, lalu fotografi makro, dan
sebagainya.
Sampai kapan? Sampai Anda merasa cukup!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar