Selasa, 27 Agustus 2013

Memanfaatkan Flare Sebagai Bumbu Foto

Yang disebut flare pada lingkup fotografi adalah cahaya ”liar” yang ikut memengaruhi hasil foto kita, tampak di foto sebagai berkas putih baik dalam bentuk garis maupun bidang. Flare muncul akibat cahaya kuat yang datangnya nyaris menghadap kamera.
Flare pada foto yang diambil di puncak Gunung Kerinci, Jambi. (Yunaidi Joepoet/NGT)
Flare bisa dianggap gangguan sehingga ada banyak upaya menanggulanginya, misalnya dengan pemasangan lens hood atau sejenis kerudung di depan lensa. Namun, pada suatu keadaan tertentu, flare sama sekali tidak bisa dilawan manakala kita memakai lensa superlebar, misalnya 10 mm sampai dengan 20 mm.
Foto-foto di halaman ini semuanya mengandung flare yang justru menjadi elemen penting dari foto-foto tersebut. Flare adalah pembeda antara imaji nyata dan imaji fotografis. Banyak film-film bioskop juga memanfaatkan flare untuk efek-efek artistik.
Mata manusia sebenarnya sama dengan kamera, artinya kita juga akan menangkap flare kalau kondisinya sama. Namun, saat flare terjadi di mata kita, manusia normal akan menutup mata karena cahaya kuat selalu menyakitkan. Akibatnya, mata normal hampir tak pernah menyaksikan flare.
Atur penempatan flare sedemikian rupa sehingga menjadi elemen foto yang menguatkan. Pilih posisi flare agar harmonis dengan komposisi fotonya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar