Seorang teman dari Eropa mengeluh. Fotonya di Candi Borobudur, Jawa
Tengah, beberapa tahun lalu, dirasanya tidak memuaskan. Dia berfoto di
depan sebuah stupa yang terbuka sehingga tampak patung Buddha di
dalamnya.
Foto itu sangat bagus, tetapi dia merasa terganggu dengan adanya
sebuah papan bertuliskan ”Dilarang Naik ke Stupa” yang ikut muncul dalam
fotonya. Juga, di latar belakang foto tampak sebuah tempat sampah dari
plastik yang ”tidak nyambung” dengan suasana keseluruhan.
Teman yang lain waktu berfoto di Batu Batikam di Sumatera Barat juga
terganggu dengan papan petunjuk persis di belakang Batu Batikam sehingga
fotonya sangat tidak menarik. Papan petunjuk berwarna putih itu merusak
foto secara keseluruhan. Menurut dia, papan petunjuk memang penting,
tetapi penempatannya sungguh tidak memikirkan keindahan fotografis.
Dua alinea di atas adalah hal yang sangat mengemuka pada dunia
fotografi di Indonesia. Banyak hal di Indonesia menampilkan benturan
antara niat baik dan keinginan fotografis. Sangat banyak kejadian di
Indonesia yang menunjukkan bahwa kita secara umum masih belum berpikir
fotografis, artinya tidak membayangkan bagaimana kalau sebuah tempat
difoto.
Dalam istilah fotografi populer saat ini, hal di dua alinea tersebut
disebut ”bocor” alias ketidaksempurnaan suatu tempat. Hal ”bocor”
umumnya tak terjadi di tempat wisata mancanegara. Di Yunani, misalnya,
bahkan tempat sampah senada dengan lingkungannya, misalnya reruntuhan
kota kuno, tempat sampah pun kalau tidak disembunyikan juga berbentuk
seakan reruntuhan.
Bisakah Anda bayangkan, suasana sebuah desa di Nias Utara yang indah
terfoto dengan sebuah kabel listrik melintang? Atau upacara Palebon di
Ubud yang meriah, tetapi di latar belakang berseliweran kabel juga?
Demikian pula acara lompat batu di Nias yang juga menampilkan kabel
listrik di latar belakang?
Alangkah baiknya kalau sejumlah pihak di Indonesia sadar bahwa
keindahan aneka tempat wisata di Indonesia akan tampil lebih indah kalau
bisa muncul alami. Pemasangan kabel listrik dirancang sebaiknya agar
tersembunyi, pemasangan tanda petunjuk diletakkan sebaik-baiknya, tempat
sampah dibuat senada dengan lingkungannya.
Mungkin para pengelola tempat wisata di Indonesia perlu mengevaluasi
lagi foto-foto tentang lokasi yang dikelolanya. Keindahan nyata dan
keindahan fotografis harusnya memang senada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar